KERAJAAN
ALLAH ADA DI DALAM ANDA
“Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah,
juga orang tidak dapat mengatakan, ‘Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana!’
Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu” (Lukas 17:20-21).
Bagian pertama dari ayat di atas sangatlah mudah
kita pahami. Akan tetapi kesalah pahaman bagian ke-duanya telah membuat banyak
orang keliru dalam menggambarkan seperti apa Kerajaan yang dimaksud di sini.
Ketika
Yesus datang ke bumi ini, orang Yahudi mencari Mesias untuk mengangkat harkat
mereka menjadi satu bangsa yang terkemuka. Daripada mendengarkan berita
pertobatan, mereka mengantisipasi kedatangan seorang Penyelamat yang akan
memimpin mereka dalam pembebasan bangsa mereka dari penindasan. Beberapa
pemimpin agama mereka memang sungguh percaya akan kedatang Juruselamat yang
membebaskan mereka dari penjajahan Romawi karena telah menyelidikinya di dalam
Kitab Suci. Israel adalah bangsa pertama yang menemukan janji kedatangan
Juruselamat yang dijanjikan itu.
Pada
ayat di atas, Yesus memberitahukan orang-orang Farisi bahwa pikiran mereka
salah. Kedatangan pertama Yesus adalah untuk memberitakan “injil Kerajaan
Sorga” (Markus 1:14-15) dan untuk membayar upah dosa-dosa manusia. Kemudian,
Dia akan “menyatakan diriNya sekali lagi …. untuk menganugerahkan keselamatan”
(Ibrani 9:28) dan mendirikan Kerajaan Allah di bumi ini.
Nanti
pada saat Yesus kembali, sungguh akan ada tanda-tanda yang dramatis dan semua
orang akan dapat melihat (Matius 24:5-14, 21-27; Wahyu 1:7). Akan tetapi dalam
firmanNya yang berkata, “Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah; juga
orang tidak dapat mengatakan, ‘Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana!’”
(Lukas 17:20-21), Yesus ingin menjelaskan kepada orang-orang Farisi pada saat
itu bahwa meskipun mereka telah meneliti Kitab Suci dengan seksama, mereka
tidak mampu mengidentifikasi Mesias dan kedatanganNya karena kesalah pahaman
mereka.
Lagi
pula, mereka tidak akan mungkin bisa melihat tanda-tanda yang terjadi atas
kedatanganNya yang ke-dua kalinya nanti, karena mereka sudah mati semua. Lagipula,
beda dengan yang mereka harapkan, yakni tanda-tanda menakjubkan yang mereka
cari-cari. Sebagaimana Yesus katakan bahwa “hari” kedatanganNya akan terjadi
pada suatu periode yang akan datang jauh setelah zaman orang-orang Farisi itu.
Setelah
mengatakan bahwa orang-orang Farisi itu tidak akan dapat meneliti Kerajaan
Allah yang akan datang menurut apa yang mereka harapkan, Dia berkata, “Sebab
sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu” (ayat 21).
Di
dalam bacaan ini, entos (bahasa Yunani yang diterjemahkan “within” yakni yang
kita artikan “di antara”) juga dapat diartikan “in the midst of” yang artinya
di tengah-tengah (Vine’s Compete Expository Dictionary of Old and New Testament
Words).
Alkitab versi New American Standard, New
International, Modern King James dan Green’s Leteral Translation
menerjemahkannya “in your midst.” Dalam artian ini, Yesus, yang akan menjadi
Raja di dalam Kerajaan Allah yang akan datang. Pada saat itu sedang berdiri di
tengah-tengah orang-orang Farisi itu, yakni pada saat Dia mengucapkan perkataan
“in your midst.” Terjemahan ini jelas lebih baik, sebab Kerajaan Allah tidaklah
berarti ada di dalam hati orang-orang Farisi itu.
Jadi bagaimana dengan konsep umum yang mengatakan
Kerajaan Allah itu ada di dalam hati kita? Apakah Anda membacara buku atau
mendengar pendeta yang mengkhotbahkan, surga ada di dalam hati kita? Apakah Kitab
Suci menunjukkan bahwa subyek ini semestinya ada pada pikiran kita? Yesus Kristus tidak mungkin mengatakan kepada orang-orang
Farisi bahwa Kerajaan Allah adalah sesuatu yang ada di dalam hati atau pikiran
mereka — bagaimanapun, mereka adalah orang-orang yang ingin menghancurkan Dia.
Bagaimanapun juga, Yesus mengajarkan kita supaya berdoa untuk datangnya
Kerajaan Allah (Matius 6:10). Yesus bahkan memberi perintah kepada kita untuk
mencari “kerajaan Allah” dan “kebenaranNya” terlebih dahulu.
Apabila
kita telah bertobat dari dosa-dosa kita, dibaptiskan dan mulai mengikuti
bimbingan Roh Kudus, kita dengan rela hati menempatkan diri kita di bawah
hukum-hukum dan kuasa Kerajaan Allah yang akan datang. Kita berserah sepenuhnya
kepada Raja kita Yesus, dalam Roh Kudus.
Menggambarkan
proses ini, Paulus, yang pada saat itu sebagai seorang tawanan di Roma,
menjelaskan, “Ia [Allah Bapa] telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan
memindahkan kita kedalam kerajaan AnakNya yang kekasih” (Kolose 1:13). Jadi ada
suatu pemahaman bagi kita bahwa secara simbol kita “dipindahkan,” “dialihkan”
(Versi King James) atau “ditransfer” (Versi English Standard) ke dalam Kerajaan
pada saat kita bertobat bagi Allah dan mulai hidup menurut perintahNya. Ini pemahaman
Paulus yang sedikit dipahami apalagi dipatuhi orang Kristen.
Firman
itu menuntut kepatuhan utama kita ditransfer dari kerajaan dunia ini ke dalam
Kerajaan Allah. Dengan demikian kita tunduk pada hukum-hukum yang berbeda
(hukum-hukum Allah) dan kita menjadi anggota bagi suatu komunitas yang berbeda
(Jemaat Allah).
Roh
Kudus menolong kita untuk menuruti hukum-hukum Allah. Roh Kudus yang
“membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” ini (2 Timotius 1:7) memberi
kita kemampuan untuk hidup menurut hukum-hukum Allah meskipun kita masih
manusia yang penuh dengan kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka yang dipimpin
Roh Allah adalah “anak-anak Allah” (Roma 8:14).
Roh ini juga memberi kuasa kepada Jemaat Allah untuk
menunaikan tugas pelayanan dan pemberitaan injil. Dalam hal ini, kita memiliki
peluang untuk “mengecap karunia sorgawi … dan karunia-karunia yang akan datang”
(Ibrani 6:4-5).
Meskipun
Alkitab berbicara bahwa “kewargaan” kita ada di sorga setelah kita dibaptis
(Filipi 3:20), untuk memasuki Kerajaan Allah, wujud kita sebagai manusia harus
diubah dari darah dan daging menjadi wujud roh. Berubah dari yang dapat binasa
menjadi yang tak dapat binasa, pada saat Yesus datang yang kedua kalinya (1
Korintus 15:50-53; Ibrani 9:28). Ketika Kerajaan Allah telah didirikan di bumi
ini, kerajaan itu akan menguasai seluruh “kerajaan dunia” ini (Wahyu 11:15).
Sayangnya
manusia selalu terjebak dalam kebodohan. Dalam membaca pernyataan Yesus yang
mengatakan “kerajaan Allah ada di antara kamu,” banyak orang telah salah paham
dengan membatasi pengertian Kerajaan Allah itu sebagai sebuah sudut pandang
filosofis atau suatu cara pikir.
Realitanya ialah bahwa Kerajaan Allah yang akan
datang akan jauh lebih nyata daripada sekedar apa yang ada di dalam hati dan
pikiran pengikut-pengikut Yesus. Pada kenyataannya, Kerajaan inilah yang akan
dimasuki oleh orang-orang setia Allah pada kedatangan Kristus yang ke-dua
kalinya dan yang akan didirikanNya di bumi ini. Tetapi yang lebih penting lagi,
kalau kita selagi masih di bumi ini, masih hidup sekarang sebagai orang
Kristen, sudah diselamatkan dari dosa, sudah dipindahkan dari kegelapan ke
dalam terang, terus kita harus bagaimana?
Kita pertegas lagi. Apa yang Yesus maksud ketika Dia berkata
"kerajaan Allah ada di dalam kamu"? Apakah Kerajaan Allah hanya ada
di hati dan pikiran kita? Apakah Kerajaan Allah ada di dalam hati kita? Jawabnya:
Tidak.
Pernyataan Kristus bahwa "kerajaan Allah ada di dalam kamu" adalah terjemahan yang buruk dari bahasa Yunani asli. Frasa itu dan dapat diterjemahkan "kerajaan Allah ada di antara kamu." Pemeriksaan yang lebih dekat mengungkapkan bahwa Dia sebenarnya menyebut diri-Nya sebagai wakil Kerajaan itu. Yesus adalah Raja dari Kerajaan Surga, Dia adalah Raja dari Kerajaan Allah ketika Dia ada di Israel dalam wujudNya sebagai manusia.
Apa yang Yesus maksud ketika Dia berkata, "Kerajaan Allah ada di dalam kamu?"
Jawaban sederhananya adalah bahwa
Yesus mengatakan bahwa Dia, Raja Kerajaan Allah yang akan datang, berdiri di
tengah-tengah para pencela-Nya.
Ketika Yesus datang ke bumi, orang-orang Yahudi mencari Mesias untuk datang dan mengangkat bangsa Yahudi untuk menonjol. Alih-alih mendengar pesan pertobatan, mereka mengantisipasi dan mengharapkan seorang Pembebas yang akan memimpin mereka dalam pembebasan bangsa mereka yang berhasil. Beberapa otoritas keagamaan tampaknya percaya bahwa merekalah, karena penyelidikan yang cermat dalam Kitab Suci, akan menjadi orang-orang yang pertama kali menemukan kedatangan Juruselamat yang dijanjikan. Sama seperti Pengkhotbah akhir zaman, menganggap diri merekalah yang pertama memasuki zaman yang akan datang hanya karena sudah menyelidikinya, tanpa mempedulikan sikap hidup yang dituntut dari dirinya menyongsong apa yang dia khotbahkan. Memang lebih mudah bicara sesuai pemahaman sendiri, daripada melakukan apa yang seharusnya. Masalahnya: siapa yang menentukan apa yang seharusnya?
Dalam perikop yang disebutkan di atas, Yesus memberi tahu orang-orang Farisi bahwa pemikiran mereka keliru. Kedatangan Yesus yang pertama adalah untuk memberitakan “Injil Kerajaan Allah” (Markus 1: 14-15) dan membayar hukuman atas dosa-dosa umat manusia. Belakangan, Dia akan "muncul untuk yang kedua kalinya ... untuk keselamatan" (Ibrani 9:28) dan pendirian Kerajaan Allah di bumi ini.
Yesus menyatakan hal yang sama ketika Dia diadili di hadapan Pilatus. Ketika ditanya apakah Dia adalah Raja orang Yahudi, Yesus menjawab, “Kerajaan saya bukan dari dunia ini. Jika kerajaan-Ku adalah dari dunia ini, hamba-hamba-Ku akan berperang, sehingga aku tidak akan diserahkan kepada orang-orang Yahudi; tetapi sekarang Kerajaan-Ku bukan dari sini” (Yohanes 18:36).
Ketika Yesus kembali, memang akan ada tanda-tanda dramatis bahwa semua akan dapat membedakan (Matius 24: 5-14, 21-27; Wahyu 1: 7). Namun dengan mengatakan, “Kerajaan Allah tidak datang dengan pengamatan; mereka juga tidak akan berkata, 'Lihat di sini!' atau 'Lihat di sana!'” (Lukas 17: 20-21), Yesus sedang menjelaskan kepada orang-orang Farisi pada generasi itu bahwa, terlepas dari upaya mereka yang cermat, pemahaman mereka yang keliru tidak akan memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi kedatangan pertama Mesias.
Selain itu, mereka tidak akan melihat tanda-tanda yang mengejutkan dari kedatangan-Nya yang kedua — tanda-tanda yang mereka cari. Sebagaimana dicatat oleh Yesus, kedatangan-Nya yang kedua akan terjadi di “hari” lain (ayat 24) —sebuah periode waktu yang lama setelah orang-orang Farisi yang kepadanya Dia berbicara telah hidup dan mati.
Setelah memberi tahu orang-orang Farisi bahwa mereka tidak akan dapat mengamati kedatangan Kerajaan Allah dengan cara yang mereka perkirakan, Dia berkata, “Karena memang Kerajaan Allah ada di dalam kamu” (ayat 21).
Dalam pengertian ini, Yesus, Raja Kerajaan Allah yang akan datang, berdiri di tengah-tengah orang Farisi. Terjemahan-terjemahan ini jelas lebih baik, karena Kerajaan Allah tidak ada dalam hati orang-orang Farisi ini. Hati orang Farisi diisi oleh hal-hal duniawi, bukan surgawi.
Kerajaan Allah tidak datang dengan cara yang orang-orang Farisi harapkan. Kerajaan tidak akan diresmikan dengan tontonan atau kemegahan. Tidak akan ada pemimpin besar dan agung yang mempertaruhkan klaim geografis dan mengalahkan Romawi. Kerajaan itu akan datang secara diam-diam dan tak terlihat, sama seperti ragi bekerja dalam adonan (lihat Matius 13:33). Yesus berkata, Kerajaan sudah dimulai, tepat di bawah hidung orang-orang Farisi. Allah memerintah di hati beberapa orang, dan Raja Sendiri berdiri di antara mereka, meskipun orang-orang Farisi tidak menyadari fakta itu.
Ada tiga interpretasi populer dari kata-kata Yesus dalam Lukas 17:21 bahwa kerajaan Allah ada di dalam diri Anda (atau di antara Anda):
1)
kerajaan Allah pada dasarnya adalah di dalam hati, di dalam hati manusia;
2)
kerajaan ada dalam jangkauan Anda jika Anda membuat pilihan yang benar; dan
3)
kerajaan Allah ada di tengah-tengah Anda dalam pribadi dan kehadiran Yesus. Tafsiran-tafsiran
terbaik ini, tampaknya, adalah yang ketiga: Yesus meresmikan kerajaan ketika Ia
mengubah hati manusia, satu demi satu.
Untuk saat ini, kerajaan Kristus bukan dari
dunia ini (Yohanes 18:36). Namun, suatu hari kerajaan Allah akan dinyatakan di bumi (Yesaya
35: 1), dan Yesus Kristus akan memerintah kerajaan fisik dari takhta Daud
(Yesaya 9: 7) dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya (Zakharia 8: 3).
Kristus menunjukkan paradoks bahwa orang-orang Farisi tidak memiliki ketajaman rohani untuk mengakui bahwa pesan Kerajaan Allah sudah dekat atau ditawarkan kepada mereka ( Matius 23: 15-17 ). Untuk menekankan hal ini, Yesus, yang akan menjadi Raja segala Raja di Kerajaan itu, merujuk kepada diri-Nya sendiri ketika Dia berkata "kerajaan Allah ada di antara kamu" atau "di tengah-tengahmu." Orang-orang Farisi yang buta secara rohani tidak mengenali Yesus sebagai Perwakilan ilahi dari Kerajaan itu.
Daripada memberi tahu orang-orang Farisi bahwa Kerajaan Allah adalah sesuatu di dalam hati mereka, Yesus Kristus memperingatkan mereka bahwa mereka begitu buta secara rohani sehingga mereka tidak dapat mengenali personifikasi Kerajaan itu di dalam Dia. Tidak ada dasar dalam perikop ini meminta kita percaya bahwa Kerajaan Allah berada di hati seseorang, apalagi menjadi pemerintah yang memerintah dunia secara literal.
Kerajaan Allah pada dasarnya adalah pemerintahan penebusan Allah. Namun mudah untuk mengabaikan tema penting ini dalam kehidupan Yesus, dan tergoda untuk berasumsi daripada menyelidiki pentingnya kerajaan bagi Yesus. Namun, ketika kita kehilangan arti penting kerajaan bagi Yesus, kita dapat kehilangan arti penting kerajaan bagi teologi dan etika Alkitab. Kita kehilangan arti penting Kerajaan Allah bagi gereja, bagi kekristenan.
Jadi seberapa pentingkah kerajaan Allah bagi Yesus? Apa
hubungannya dengan pemecahan kerajaan eskatologis? Mari kita periksa
sepuluh cara Yesus terkait dengan kerajaan.
1. Yesus meresmikan kerajaan.
Dengan kedatangan Kristus, kerajaan tidak dimulai
pada penobatan raja yang perkasa tetapi dalam kelahiran bayi yang menangis. Namun
ketika pelayanan Yesus dimulai di Markus, ia mengumumkan, “Waktunya telah
genap, dan kerajaan Allah sudah dekat; bertobat dan percaya kepada Injil” (Markus
1:15). Apa yang sudah lama dinanti-nantikan Israel, kini Kristus telah
diresmikan.
2. Yesus adalah kerajaan.
Di mana raja berada, di situ ada kerajaan. Inilah
sebabnya mengapa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, "Kerajaan Allah
ada di tengah-tengah kamu" (Lukas 17:21). Yesus mewujudkan budaya
kerajaan umat Allah di tempat Allah di bawah pemerintahan Allah. Yesus
adalah penguasa yang setia dan warga negara kerajaan yang saleh.
3. Yesus mengarahkan kerajaan.
Yesus menyatakan bahwa tujuannya adalah untuk
memberitakan kerajaan. Yesus menggambarkan misinya dengan mengatakan bahwa
Ia “harus memberitakan kabar baik Kerajaan Allah” (Lukas 4:43).
4. Yesus menyatakan kerajaan.
Melalui kata-katanya, Yesus menjelaskan kerajaan dan
mengundang orang untuk masuk ke dalamnya. Lukas merangkum pelayanan Yesus
sebagai "memberitakan dan membawa kabar baik Kerajaan Allah" (Lukas
8: 1). Pernyataan kerajaan sering kali datang melalui perumpamaan Yesus
yang mengilustrasikan apa itu dan bagaimana cara kerjanya.
5. Yesus menunjukkan Kerajaan.
Melalui karya-karyaNya, Yesus menunjukkan kekuatan Kerajaan
dan otoritasNya atas pangeran kegelapan. Seperti yang Yesus jelaskan,
“Jika dengan jari Allah Aku mengusir setan-setan, maka Kerajaan Allah telah
turun atas kamu” (Lukas 11:20). Yesus tidak hanya menyatakan Kerajaan
dalam kata-kataNya tetapi juga menunjukkan Kerajaan dalam karya-karyaNya.
6. Yesus menyebarkan Kerajaan.
Yesus mengutus para pengikutNya sebagai Duta Besar Kerajaan
untuk menyambut kedatanganNya. Penyebaran ini terjadi dalam Lukas 10
ketika Yesus mengirim 72 orang, memerintahkan mereka untuk mengatakan,
"Kerajaan Allah sudah dekat kepadamu" (Lukas 10: 9). Dalam
amanat agung, Raja Yesus mengeluarkan rencana pertempuran pemuridanNya ke
gereja karena Ia memiliki "semua kuasa di surga dan di bumi" (Mat
28:18). Yesus mengirim tentaraNya ke garis depan untuk terlibat dalam
kerajaan kegelapan. Lukas 10 ketika Yesus mengirim 72 orang, memerintahkan
mereka untuk berkata, "Kerajaan Allah sudah dekat kepadamu" ( Lukas
10: 9 ). Dalam amanat agung, Raja Yesus mengeluarkan rencana
pertempuran pemuridanNya ke gereja karena ia memiliki "semua kuasa di
surga dan di bumi" ( Mat 28:18 ). Yesus mengirim tentaraNya
ke garis depan untuk terlibat dalam kerajaan kegelapan.
7. Yesus mengubah Kerajaan.
Harapan mesianis Israel terfokus pada kedatangan
penakluk militer yang akan menyelamatkan mereka dari musuh-musuh geo-politik
mereka. Itulah sebabnya mereka berupaya menjadikan Yesus raja (Yohanes
6:15). Tetapi Yesus mengorientasikan kembali visi mereka dengan
menyatakan, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini” (Yohanes 18:36). Yesus
mengubah kerajaan, menunjukkan sifatNya holistik, menebus dalam misiNya, dan
kosmik dalam cakupannya. Yohanes 6:15 ). Tetapi Yesus
mengorientasikan kembali visi mereka dengan menyatakan, “Kerajaan-Ku bukan dari
dunia ini” ( Yohanes 18:36 ). Yesus mengubah Kerajaan,
menunjukkan sifatnya holistik, menebus dalam misinya, dan kosmik dalam
cakupannya.
8. Yesus membeli Kerajaan.
Melalui kemenangan kematian dan kebangkitanNya,
Yesus menebus Kerajaan. Seraya Ia memuaskan murka Allah yang dicurahkan
bagi mereka yang memberontak terhadap pemerintahanNya, Yesus mengalahkan Setan,
dosa, dan maut (Kol 2: 14-15). Dia mengalahkan dunia, daging, dan Iblis
dengan menghancurkan kekuatan kerajaan kegelapan. Dengan membeli
orang-orang kerajaan di salib, Yesus membuktikan diriNya sebagai penguasa sah Kerajaan
yang dipulihkan. Kol 2: 14-15 ). Dia mengalahkan dunia, daging, dan
Iblis dengan menghancurkan kekuatan kerajaan kegelapan. Dengan membeli
orang-orang kerajaan di salib, Yesus membuktikan dirinya sebagai penguasa sah Kerajaan
yang dipulihkan.
9. Yesus menyimpulkan dengan Kerajaan.
Dalam kata-kata terakhirNya kepada umat-Nya, Yesus
mengakhiri pelayananNya di bumi dengan menjelaskan Kerajaan. Tepat sebelum
kenaikanNya, murid-murid Yesus bertanya kepadaNya, “Tuhan, maukah kamu pada
saat ini mengembalikan kerajaan ke Israel?” (Kisah 1: 6). Bahkan pada
akhir pelayananNya di bumi, Yesus memutuskan kebingungan tentang Kerajaan. Jadi
Kerajaan adalah kunci dimulainya pelayanan Yesus di bumi dan juga puncaknya. Kisah
Para Rasul 1: 6).
10. Yesus mengembalikan Kerajaan.
Dalam kedatangan Kristus yang kedua, Yesus kembali
sebagai Raja Prajurit yang menang. Ketika Ia kembali untuk mencapai
kemenangan terakhir, nama yang tertulis di tubuhnya adalah "Raja segala
raja dan Tuhan segala tuhan" (Why 19:16). Akhirnya, Ia menempatkan
semua musuhNya di bawah kakiNya ketika Ia meluncurkan kerajaan ciptaan baru
yang sepenuhnya mencerminkan pemerintahanNya yang benar. Dia
menyempurnakan penaklukan yang dimulai dengan kelahiranNya. Why 19:16 ).
Jika
Kerajaan Allah adalah pusat kehidupan dan pelayanan Yesus, maka itu tetap
penting bagi teologi dan etika kita dewasa ini. Maka Kerajaan Allah haruslah
menjadi inti dan pusat kehidupan kekristenan, orang Kristen, dan Gereja.
Kerajaan Allah Ada Di Tengah-Tengah Anda Dalam
Pribadi Dan Kehadiran Yesus.
Kekristenan berarti memberikan kesaksian kepada Kristus setiap hari.
Kekristenan
bukanlah sekolah gagasan atau kumpulan gedung gereja yang indah dan dipenuhi
karya seni yang indah.
Kekristenan
adalah orang yang hidup yang mengikuti Yesus dan memberikan kesaksian kepadaNya
setiap hari.
Apakah saya seorang Kristen yang memberikan kesaksian kepada Yesus?
Apakah
saya adalah numerary sederhana dari sekte ini?
Apakah
saya tidak dapat membiarkan Roh Kudus "mendorong saya maju dalam panggilan
Kristen saya?"
Seorang Kristen yang tidak memberikan kesaksian itu tidak diperhitungkan.
Kekristenan
bukan agama ide, teologi murni, hal-hal indah dan perintah.
Kekristenan
adalah orang yang mengikuti Yesus Kristus dan memberikan kesaksian - yaitu,
ingin memberikan kesaksian kepada Yesus Kristus - dan saksi ini terkadang
berakhir dengan memberikan hidup seseorang.
Stefanus,
martir pertama gereja. Seperti Yesus, adalah objek dari para pemimpin yang
cemburu yang ingin melenyapkannya dan menjadi sasaran saksi palsu. Tetapi Stefanus
tahu bahwa para penuduhnya menentang Roh Kudus dan dia mati, seperti Yesus,
meminta penganiayanya diampuni. Mereka yang bertanggung jawab atas kematian
martir itu dipenuhi dengan kebencian - kebencian yang telah ditaburkan dalam
hati mereka oleh iblis.
Itulah sebabnya, dalam salah satu ucapan bahagia itu, Yesus berkata, "berbahagialah kamu ketika mereka menghina kamu dan menganiaya kamu dan mengucapkan segala macam kejahatan terhadap kamu dengan salah karena Aku."
Dianiaya, menjadi martir, memberikan hidup seseorang bagi Yesus adalah alasan untuk bersukacita karena "darah para martir adalah benih orang Kristen".
Iblis
tidak tahan melihat kekudusan gereja atau kekudusan seseorang tanpa mencoba
menimbulkan semacam masalah. Tetapi Dia yang ada di dalam kita, lebih besar
dari dia yang di dalam dunia ini. Bahkan, kita lebih dari pemenang.
Komentar
Posting Komentar