KRISTOKRASI
Dalam beberapa
publikasi ke depan, blog ini akan diisi dengan serial Kristokrasi secara
berkelanjutan. Tujuannya, sehingga ada rujukan atau perbandingan bagi setiap
orang Kristen dan siapa saja yang ingin tahu agar dapat mempraktekkan kehidupan
surga di bumi. Keyakinan kami ketika Allah menciptakan surga dan bumi, bumi
dimaksudkan untuk memperlihatkan bagaimana tatanan kehidupan surgawi yang
dijalani setiap saat oleh setiap mahkluk ciptaanNya. Setiap jiwa, melalui agama
yang dipeluknya mencoba mencari surga dan umumnya berpendapat surga itu dicapai
ketika jiwa dan roh meninggalkan tubuh. Mereka berharap mengevakuasi manusia
dari dunia ini, di bumi ke surga yang mereka ciptakan dan ajarkan turun temurun.
Di sisi lain, kalau kita teliti, bible memberikan alternative lain: surga datang
ke bumi, sehingga manusia yang diberikan kuasa untuk mengusahakan dan
memelihara bumi dapat mewujudkan bumi sebagai bagian dari Kerajaan Surga. Tentu
saja lebih dahulu dia tahu dan mampu berkomunikasi dengan Pemilik Surga,
sehingga bumi benar-benar menjadi seperti surga. Silahkan Anda kaji, kami memaparkan,
selanjutnya Anda yang memutuskan. Selamat menikmati perjalanan selanjutnya….
Pemerintahan Tuhan dan Pemerintahan Manusia
Pasal 13 dari Surat
Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, berbunyi, sebagian: “Biarlah setiap orang
tunduk pada otoritas pemerintahan; karena tidak ada otoritas selain dari Allah,
dan otoritas yang ada telah ditetapkan oleh Tuhan. Oleh karena itu siapa pun
yang menentang otoritas, menentang apa yang telah Tuhan tetapkan, dan mereka
yang melawan akan mendapat penghakiman."
Beberapa orang ateis atau humanis, kebanyakan sekularis yang tidak terbiasa dengan Alkitab, menganggap bagian itu berarti bahwa orang Kristen harus mematuhi pemerintah mana pun, tidak peduli seberapa buruk dan jahatnya. Orang lain, terutama orang Kristen yang telah lama belajar Alkitab, berpendapat karena Alkitab dengan jelas mengkhotbahkan kebijakan itu, maka wajib dipatuhi dengan mempertimbangkan relevansi dan konteksnya dengan Alkitab secara keseluruhan.
Alkitab adalah teks yang sulit untuk ditafsirkan. Beberapa orang berpikir Alkitab adalah tas (map, folder) berisi berbagai teks dari berabad-abad. Anda dapat membuat argumen (penafsiran) untuk itu. Tidak ada teks penting dari sejarah manusia yang mudah untuk ditafsirkan. Jika tidak, orang tidak akan menganggapnya begitu menarik. Mereka tidak akan memberi tahu kita hal-hal menarik tentang realitas berantakan yang kita huni ini. Bagi orang dengan pengetahuan umum atau rata-rata akan berpendapat Alkitab tidak jelas, saling bertentangan ayat yang satu dengan yang lain. Tetapi begitu juga teks kuno lain seperti dialog Plato, drama Shakespeare, dan Konstitusi dari Negara-negara bangsa di dunia ini, semua tidak jelas dan selalu menimbulkan konflik karena orang cenderung menafsirkannya sesuai kepentingan masing-masing.
Tetapi ada alasan lain mengapa Alkitab begitu sulit untuk dipahami. Meskipun ada begitu banyak kelompok sempalan Kristen dan eksentrik sehingga Anda selalu dapat menemukan seseorang di suatu tempat yang memperdebatkan sesuatu atau lainnya, tradisi luas ortodoksi Kristen arus utama telah menyatakan bahwa doktrin Kristen "berhasil" dengan memegang keyakinan yang tampaknya kontradiktif bersama-sama. Jadi, Alkitab kadang-kadang tampaknya menunjukkan bahwa Yesus adalah manusia seperti orang lain, dan di waktu lain bahwa ia adalah Allah. Kadang-kadang, tampaknya menunjukkan bahwa hanya ada satu Allah, dan di lain waktu ada Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh. Yang mana yang benar? "Keduanya atau semuanya benar," jawab Kekristenan, sepanjang Anda mengetahui konteks dan kontennya dalam kerangka berpikir Allah, komprehensif dan holistik.
Ini juga benar ketika kita membahas Roma 13. Nats ini merupakan bagian yang sangat kompleks dan bagian yang sangat penting dari teks Alkitab. Beberapa bereaksi terhadap pesan yang tampak merendahkan hak asasi orang individu atau kelompok dan meninggikan Negara, tunduk kepada pemerintahan ("Bow to the State!") dengan alergi. Jadi kita mendapatkan perlawan dengan tuduhan mengutip bagian Alkitab yang digunakan untuk membela perbudakan dalam membela kepentingan negara. Orang dapat menafsirkan bahwa Negara memperbudak warganya.
Seperti semua hal lain di dunia ini, Roma 13 masuk akal dalam konteksnya yang lebih luas. Dalam Perjanjian Baru, konteks yang lebih luas ini adalah jari tengah yang besar dan terangkat pada pemerintahan saat itu, Kekaisaran Romawi. Bagaimanapun, Roma membunuh Yesus. Paulus tidak kekurangan kata untuk menyatakan kemarahan dan penghinaan terhadap Kekaisaran Romawi. Paulus menyamakan Romawi dengan musuh-musuh Perjanjian Lama orang-orang Yahudi seperti Firaun dan Babel, dan bahkan pada satu titik menegaskan bahwa itu dikendalikan oleh Iblis. Begitu banyak pandangan yang negative terhadap pemerintah, yang dianggap pemerintahan Lucifer, si Iblis, yang kerjanya hanya membawa kesengsaraan dengan teknik mencuri, membunuh, membinasakan.
Paulus menulis Roma 13 untuk mengatakan pada dasarnya dua hal: Pertama, hanya karena Kekaisaran Romawi, dan memang sebagian besar pemerintahan adalah buruk, tidak berarti bahwa semua pemerintahan pada prinsipnya buruk. Kedua, dia ingin memberitahu pendengarnya bahwa, sementara mereka harus menghina Kekaisaran Romawi dan melawannya semampu mereka, mereka tidak boleh melakukannya dengan melanggar hukum.
Poin pertama, seperti kalimat Yesus yang terkenal tentang memberi kembali kepada Kaisar, adalah penting. Bukan hanya karena kaum progresif yang ingin mencoretnya karena hubungan historisnya dengan segala macam kesalahan pemerintah. Tapi harus diingat bahwa itu juga pembenaran bagi semua orang untuk program pemerintah yang mereka sukai. Tetapi karena, bahkan ketika itu melegitimasi pemerintah, itu menurunkan egonya. Sekali lagi, Anda harus memahami konteks Kekaisaran Romawi. Di Roma, pemerintah tidak hanya mutlak, tetapi secara harfiah bersifat ilahi. "Roma" adalah seorang dewi; semua kantor publik juga kantor agama. Eksekusi untuk kejahatan tingkat tinggi adalah pengorbanan bagi para dewa. Jadi Roma 13 menempatkan pemerintah kembali pada tempatnya. Tuhan ingin ada pemerintahan karena jika tidak ada, kita akan mengalami anarki, tetapi pemerintah duniawi seperti Roma tidak ilahi. Mereka hanya lembaga yang diberikan kewenangan untuk menarik dan menaikkan pajak dan juga menjaga ketertiban umum. Secara idealis mereka juga untuk melindungi segenap Negara, bangsa dan rakyat; memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memajukan perdamaian dunia, sesuai dengan konstitusi masing-masing.
Poin kedua — untuk melawan tanpa melanggar hukum — juga penting. Ini memberitahu kita bahwa Paulus sedang menciptakan sesuatu yang sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya. Di sini Paulus berinovasi dan kreatif. Perlawanan damai terhadap pemerintahan yang tidak adil, dijadikannya panduan hidup bagi orang Kristen. Tolak Roma, tapi jadilah warga negara yang baik. Cara berinteraksi dengan otoritas publik yang pertama kali dicontohkan oleh Yesus. Kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Paulus dan para pemimpin awal Gereja lainnya. Metode ini akan menjadi cetak biru bagi gerakan perlawanan tanpa-kekerasan yang berhasil di masa depan. Contoh nyata telah ditunjukkan oleh gerakan Mahatma Gandhi di India dan Martin Luther King Jr di Amerika Serikat. Gandhi kita tahu begitu mencintai Yesus, jelas dia belajar banyak Yesus dari bible. Tetapi perilaku orang Kristen, yang pada waktu itu diwakili oleh orang-orang Inggris jelas-jelas membawa penderitaan bagi bangsa India, sehingga Gandhi terhalang bergabung sebagai pengikut Kristus secara formal. Kontennya ajaran Yesus mengilhami Gandhi, konteksnya penjajahan Inggris atas India menghalangi Gandhi menjadi Kristen. Apakah Gandhi seorang Kristen? Jawabannya seperti Jusuf orang Arimate dan Nikodemus, yang keduanya adalah anggota Majelis (Sanhedrin) Israel yang tunduk pada Agama Jahudi, tetapi mengagumi dan mengambil risiko untuk menguburkan tubuh Yesus dengan segala biayanya ditanggung oleh mereka. Hati mereka ada pada Yesus, tubuh mereka ada pada negaranya.
Roma 13 berarti pemerintahan secara umum baik, dan tidak mungkin memiliki pemerintahan yang berfungsi tanpa batas dan menegakkan batas-batas itu. Ini penting karena terlalu banyak orang Kristen mengutip banyak ayat Alkitab yang memerintahkan "kebaikan kepada orang asing" seolah-olah itu adalah perintah Alkitab untuk kebijakan pintu terbuka: mengasihi sesama. Tapi tidak. Lihat saja Negara-negara Eropa yang terlalu “kasih kepada sesama” pengungsi Arab, akhirnya menjadi duri dalam daging mereka. Seperti Yosua dan pemimpin Israel diperangkap oleh tipu daya orang Gibeon. Terlebih lagi, Roma 13 juga berarti bahwa pejabat dan aparatur sipil negara memiliki kewajiban untuk menerapkan hukum dengan setia. Uraian tugas Pejabat dan Aparatur Sipil Negara bukanlah untuk menerapkan apa yang menurutnya akan menjadi kebijakan yang baik, tetapi apa yang sebenarnya ada di buku pegangan mereka. Ingat polemik viral tentang Tes Wawasan Kebangsaan (TWK)? Negara jelas berpedoman kepada konstitusi dan aturan perundangan yang berlaku yang sudah ditetapkan oleh lembaga-lembaga Negara yang sah. Negara tidak tunduk kepada kitab suci suatu aliran agama, walaupun Negara menghormatinya.
Orang Kristen tidak ingin menerapkan hukum yang mereka anggap tidak adil. Jadi bagi orang Kristen, jika dia ingin membela tindakannya berdasarkan Alkitab, dia harus membela perbuatannya, bukan sebagai modus bersembunyi di balik Roma 13. Artinya, hanya karena takut konsekuensi perlawanan terhadap pemerintah yang tidak benar dan tidak adil, maka dia menafsirkan Roma 13 dengan membabi buta: tunduk, tidak peduli itu setan atau penjahat sekalipun. Di Negara-negara yang minoritas Kristennya, maka ini menjadi tantangan tersendiri.
Sama seperti kaum konservatif perlu bergulat dengan ayat-ayat Alkitab yang jelas tentang simpati kepada orang asing, kaum progresif perlu menjelaskan ayat-ayat Alkitab yang jelas tentang perlunya pemerintahan yang sehat dan supremasi hukum. Akhirnya, kita menemukan kaum moderat yang taat Firman dalam Alitab yang ditafsirkan secara akal sehat dalam pimpinan Roh Kudus, dan mempraktekkan kehidupan yang diajarkan oleh Yesus secara nyata dan bertanggung jawab berdasarkan aturan perundangan yang telah ditetapkan berdasarkan konstitusi suatu Negara yang berlaku. Konstitusi kita uji dengan Alkitab, aturan perundangan kita uji dengan konstitusi, perbuatan dan tingkah laku kita uji dengan aturan perundangan. Jelas rujukannya, bukan menurut pendapat saya.
Yesus juga jelas memilih-milih apa yang Dia lakukan, tidak disama ratakan. Bahkan dia tidak mau melakukan mujizat atau tanda yang diminta kalau itu tidak digunakan untuk memuliakan Dia sebagai Allah. Walaupun Yesus mengajarkan kasih, jelas Dia menegaskan, dengan mengambil contoh hanya janda di Sarfat yang ditolong oleh Elia, padahal pada waktu itu banyak janda yang miskin. Atau janda nabi yang ditinggal mati suaminya dengan banyak utang ditolong Elisa dengan melipatgandakan apa yang ada pada perempuan itu: minyak zaitun. Tetapi kita tidak mendengar ada rumah tangga lain yang dibantunya secara ekonomi. Jelas Yesus menyebut bahwa orang miskin akan selalu ada pada kamu ketika Judas Iskariot memprotes penuangan (urapan) minyak narwastu yang sangat mahal kepada Yesus, yang menurut Judas lebih baik dijual untuk dibagikan kepada orang miskin. Yesus berpendapat lain, lebih penting untuk mengurapi Yesus sendiri. Jadi, ada seleksi dan yang dipilih untuk menerima berkat atau kedudukan atau jabatan hanya mereka yang memenuhi syarat. Itu selalu terjadi bukan? Mengapa? Karena keterbatasan di bumi dan dunia ini, sehingga tidak mungkin semua orang mendapatkan apa yang mereka inginkan bahkan untuk memenuhi kebutuhan minimal mereka. Mengapa? Karena syarat dan ketentuan berlaku. Coba anda cari, di Negara maju dan terkaya manapun selalu ada orang miskin. Pertanyaan lagi: mengapa selalu ada orang miskin? Karena bumi dan segala isinya sudah dikutuk ketika Adam, moyang semua manusia, telah memberontak kepada Tuhan, dengan melanggar perintah Tuhan. Pemberontakan manusia otomatis membawa kematian, lanjutannya adalah telah menutup pintu berkat yang luar biasa tersedia sebelumnya. Hanya dengan upaya luar biasa dan kerja keras, sesuai yang ditetapkan Sang Pemilik segalanya, berkat itu dapat dicapai dan diambil sepuasnya, bahkan hingga berkelimpahan. Sekali lagi, Yesus berkata bahwa Dia datang ke dunia ini supaya setiap orang yang percaya kepadaNya memiliki hidup yang berkelimpahan. Indah bukan?
Komentar
Posting Komentar