Kerajaan Yesus
Serial Kristokrasi
Sebelumnya: Bagaimana Kita Melihat Pemerintah
Poin kedua tentang
apa yang Yesus ajarkan mengalir langsung dari poin pertama. Dalam Matius pasal
24 dan 25, Yesus secara definitif menyatakan kedudukan-Nya sebagai raja. Dia
akan duduk di atas takhta yang mulia, bukan sebagai kepala suku setempat yang
memimpin sebuah suku, bukan pula kepala dua belas suku Israel seperti yang
diharapkan oleh orang-orang Israel, atau bahkan Dia bukan pula sebagai kaisar
besar di banyak negeri, melainkan sebagai Raja atas semua bangsa dengan
rakyatnya berkumpul di hadapannya. Kita menghargai demokrasi dan hak kita untuk memiliki pemerintahan yang otoritasnya
bergantung pada persetujuan kita, sebagai rakyat yang memegang kedaulatan
melalui suara yang kita berikan. Itu semua sangat baik karena pembawa citra
berhubungan satu sama lain. Kita mencegah satu manusia atau kelompok kecil yang
berdosa menggunakan terlalu banyak kekuasaan. Tetapi kita juga harus ingat
untuk tidak hanya menganggap Yesus sebagai teman atau saudara. Jangan salah.
Dia adalah seorang raja. Tidak hanya Dia seorang raja, Dia adalah satu-satunya
Raja sejati.
Salah satu pelajaran besar dari pengalaman menyedihkan monarki Israel (yang Allah peringatkan kepada orang-orang) adalah bahwa hanya ada satu orang yang benar-benar layak untuk memerintah. Orang itu adalah Yesus Kristus. Semua otoritas sejati berasal dari Tuhan. Raja-raja lainnya, selain Yesus Kristus hanya akan bertahan sebentar, kemudian menghilang dari peredaran, bahkan untuk waktu sekian lama, tidak ada lagi yang mengingatnya. Contoh, siapakah yang menjadi raja-raja yang masih diingat oleh manusia sejak Yesus lahir sampai saat ini? Hanya orang yang tercatat di buku sejarah yang dapat diingat kalau bukunya dibaca. Kalau Yesus? Tanpa melihat buku setiap hari dinyanyikan, diucapkan, dan didoakan “Dialah Raja segala raja”.
Dampak politik dari kenyataan itu adalah bahwa sebanyak kita menjadi bersemangat atas kepresidenan orang-orang yang menjadi kepala Negara atau kepala pemerintahan suatu negara, kita harus jauh lebih memperhatikan realitas kerajaan dari Yesus Kristus. Pemerintahan Kristus mungkin tampak jauh bagi kita karena berita kabel dan media sosial terobsesi dari waktu ke waktu dan hari demi hari atas serbuan keputusan, kegiatan, dan kontroversi yang mengelilingi politisi. Kita akan lebih bijaksana untuk menyadari bahwa pemerintahannya seperti surga digambarkan dalam Perceraian Besar. Ini nyata. Ini sangat menyenangkan, berbahaya, mendebarkan, sangat nyata. Kita hanyalah bayangan di hadapan cahayaNya jika kita terpisah dari Tuhan kita yang sejati. Inilah dosa terbesar gereja dan pemimpin orang Kristen yang kurang mengumandangkan “Yesus adalah Raja” dari masa ke masa. Tapi Tuhan punya cara untuk memperkenalkan “Siapa Dia”. Salah satunya kaum awam melalui internet telah memberi kesempatan kepada setiap umat manusia mengenal “Siapa Sebenarnya Yesus Kristus”. Gereja dan para pemimpin Kristen yang berdosa itu, cepat atau lambat akan tersingkir dari arena permainan Tuhan.
Kita dapat mempelajari dan masuk partai politik sepanjang waktu yang kita miliki untuk itu. Seperti banyak orang, ada yang telah hidup dan mati atas banyak kemenangan dan kekalahan yang datang dengan kampanye modern dan pertempuran pemilihan legislative atau eksekutif. Tetapi semakin tua orang-orang itu, semakin jelas bagi mereka bahwa hal terpenting yang harus mereka katakan tentang politik adalah bahwa Yesus Kristus adalah Raja. Itulah kata-kata yang seharusnya membara dalam diri kita. Di Indonesia orang-orang yang telah menjadi pemimpin Negara ini memang masih diingat oleh sebagian rakyat, tetapi apakah sepadan apa yang mereka perjuangkan dengan ‘tingkat kepuasan masyarakat pada masanya’ apalagi dengan generasi yang hadir kemudian, yang memiliki daftar panjang tentang kesalahan yang mereka lakukan, sehingga mengakibatkan penderitaan di masa kini atau masa kemudian. Ini terutama tergantung dari nilai-nilai dan keyakinan yang mereka anut dan terapkan dalam hidupnya. Pertanyaanya adalah: kalau mereka para pemimpin yang dicatat dalam sejarah itu tidak tampil, bukankah ada orang lain, yang mungkin lebih baik dari mereka? Apakah kita harus memaksakan diri untuk memberikan penghargaan dan penghormatan demikian besar yang menurut kita tidak terlalu berpengaruh kepada kehidupan diri kita sendiri di masa-masa sekarang atau kemudian yang telah berjarak masa jauh dari mereka?
Mari kita kembali tentang Raja yang telah lama dinyatakan akan hadir. Raja yang akan memerintah selama-lamanya.
Karena seorang anak
akan lahir bagi kita, seorang putra akan diberikan kepada kita; dan pemerintahan
akan bersandar di pundak-Nya; dan nama-Nya akan disebut Penasihat Ajaib, Allah
yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Yesaya 9:6
Yesaya 9:6 mungkin merupakan nubuat Perjanjian Lama yang paling dikenal tentang kelahiran Yesus Kristus. Handel memasukkan kata-kata itu dalam salah satu chorus besar oratorio Messiah-nya. Kemungkinan Anda menyanyikannya atau mendengarnya beberapa kali setiap musim Natal.
Sayangnya, gereja dan orang Kristen tampaknya menarik bagian ini keluar dari kotak hanya selama liburan Natal. Ini seperti salah satu ornamen yang kita gunakan untuk mendekorasi rumah kita, mendekorasi pohon natal. Tapi pernahkah Anda berpikir tentang kebenaran yang kaya, yang diajarkan ayat ini tentang Raja di atas segala raja? Meskipun kita masih menunggu realisasi penuh dari kerajaan-Nya, Mesias yang dijanjikan adalah penguasa politik terbesar yang pernah ada. Buktinya? Mayoritas penduduk bumi saat ini adalah rakyatNya.
Yesaya menulis nubuat ini setidaknya seratus tahun sebelum Israel dibawa ke pembuangan Babel - hampir 600 tahun sebelum kelahiran Juruselamat! Melihat litani raja yang gagal, dan duduk di puing-puing monarki Israel, Yesaya melihat selama berabad-abad ke masa depan, ke waktu ketika Tuhan akan memerintah di bumi melalui Anak-Nya.
"Seorang anak akan lahir untuk kita" menggarisbawahi kemanusiaan Mesias. Ia harus datang sebagai manusia, dalam rupa seorang anak, agar Ia dapat menanggung pencobaan yang dihadapi manusia, namun tanpa dosa (Ibrani 4:15).
"Seorang putra akan diberikan kepada kita" menyiratkan keilahian Juruselamat. Dia ada sebelum kelahiran-Nya sebagai Pribadi kedua dari Trinitas: "Meskipun Dia ada dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan, tetapi mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi dibuat sama dengan manusia" (Filipi 2:6-7). Dia datang sebagai Anak Allah, Allah dalam daging manusia, untuk menaklukkan dosa dan kematian selamanya.
"Pemerintah akan bersandar di pundak-Nya" menegaskan ketuhanan-Nya. (Ketuhanan, Tuhan, Tuan artinya penguasa pemilik). Ayat ini melihat ke masa yang masih akan datang ketika Kristus akan memerintah atas kerajaan geopolitik literal, duniawi, yang mencakup semua kerajaan dan pemerintahan dunia (lih. Daniel 2:44; Zakharia 14:9).
Pada hari itu, pemerintahan seluruh dunia akan berada di pundak-Nya. Tetapi sampai saat itu, kerajaan-Nya dalam bentuk yang tidak terlihat (lih. Luk 17:20-21). Pemerintahan Mesias adalah atas mereka yang percaya kepada-Nya dan menaati-Nya sebagai Tuhan. Saat ini kerajaan yang tidak terlihat, tetapi suatu hari akan menjadi terlihat dan universal karena kekuasaan-Nya meluas bahkan ke atas mereka yang tidak mengakui ketuhanan-Nya di dalam hati mereka.
Kerajaan macam apa itu? Apa yang membedakan kerajaan Mesias dari kerajaan lain di dunia ini? Nama-nama yang digunakan Israel untuk Kristus mengisyaratkan empat karakteristik yang membuat kerajaan Mesias, dalam segala manifestasinya, berbeda dari pemerintahan duniawi lainnya. Pada saat dunia lelah dan putus asa akan solusi politik, ketika masa depan politik terlihat suram, ini adalah berita yang disambut baik.
Selanjutnya dalam serial Kristokrasi …. Tanpa Kebingungan - Dia Adalah Penasihat yang
Luar Biasa
Komentar
Posting Komentar