PEMERINTAH MANUSIA
VERSUS PEMERINTAH ALLAH
Alkitab adalah buku
yang paling disalahpahami di planet bumi, tidak hanya oleh mereka yang tidak
meresepkannya, tetapi juga oleh banyak dari mereka yang mengaku tahu dan
menerima pesannya. Secara sederhana, Alkitab adalah tentang Raja, Kerajaan, dan
anak-anak keluarga kerajaan. Alkitab bukan tentang agama dan tidak pernah
dimaksudkan untuk menjadi buku agama. Sebaliknya, kisah dan pesannya adalah
tentang keinginan seorang Raja untuk memperluas Kerajaan-Nya ke wilayah-wilayah
baru melalui keluarga kerajaan-Nya. Karena itu, Alkitab adalah tentang
pemerintahan dan kekuasaan.
Apa itu pemerintah?
Pemerintah adalah tentang ketertiban, pengaruh, administrasi, distribusi,
perlindungan, pemeliharaan, akuntabilitas, tanggung jawab dan produktivitas.
Secara teknis, pemerintah adalah orang, kelompok, atau organisasi yang
menjalankan fungsi pemerintahan. Ini dimanifestasikan dalam pelaksanaan
wewenang dan yurisdiksi atas wilayah dan warga negara. Pemerintah pertama kali
didirikan oleh perintah dan mandat Allah kepada Adam dan menggabungkan
kebutuhan untuk memerintah, bekerja, mengawasi, menjaga, dan melindungi.
Akar pemerintahan di
dunia barat memiliki akar dan asal usul yang dapat ditelusuri kembali ke dunia
orang Yunani. Dalam bahasa Yunani, pemerintah (kubernit) secara harfiah berarti
mengarahkan, menyetir, atau bertindak sebagai kemudi. Tanpa hukum dan
pemerintah kita memiliki kekacauan. Jadi, pemerintah adalah kekuasaan yang
diberikan atau diturunkan untuk tujuan membuat dan menegakkan hukum untuk
wilayah tertentu.
Pemerintahan
menggabungkan konsep kekuasaan dan otoritas. Keduanya berbeda satu sama lain
dan harus dipahami sepenuhnya untuk menghargai konteks pemerintahan yang tepat.
Baik otoritas maupun kekuasaan harus seimbang agar pemerintah dapat berhasil.
Otoritas berhubungan
dengan tanggung jawab sementara kekuasaan berkaitan dengan kemampuan. Otoritas
berkaitan dengan pemberdayaan; kekuasaan berfokus pada menjalankan otoritas.
Otoritas memberi legalitasnya kepada kekuasaan.
Kekuasaan tanpa
otoritas yang sah adalah kediktatoran dan tak terhindarkan menghasilkan pelecehan,
penindasan, dan kehancuran. Otoritas memberi kepada kekuasaan hak-haknya.
Otoritas atau
wewenang adalah kunci keberhasilan pemerintahan. Jika kekuasaan yang berkuasa
tidak memiliki wewenang, illegal, gelap, tidak sah, maka ia tidak dapat
memerintah. Otoritas untuk memerintah diberikan melalui pemungutan suara
populer atau diperoleh dengan cara yang melekat. Pemerintah duniawi memperoleh
otoritas mereka dari orang-orang baik melalui proses pemilihan atau dengan
merebut otoritas melalui kekuatan.
Misalnya, seorang
presiden atau perdana menteri atau gubernur atau bupati atau walikota dianugerahi
wewenang oleh orang-orang yang memilihnya untuk berkuasa.
Akan tetapi, di
kerajaan, otoritas bersifat inheren atau melekat dan merupakan produk dari hak
kepemilikan. Konsep ini sangat penting dalam memahami sifat kerajaan. Otoritas
Tuhan sebagai Raja sudah melekat. Tidak ada yang memberi Dia otoritas. Dia
memiliki otoritas karena siapa Dia dan karena Dia menciptakan bumi dan segala
sesuatu yang hidup di bumi.
Itulah sebabnya
Yesus dapat mengatakan bahwa semua otoritas telah diberikan kepada-Nya, baik di
bumi maupun di surga. Bapa-Nya memiliki semua otoritas dan oleh karena itu
memiliki hak untuk memberikannya kepada Putra-Nya. Bapa memiliki hak kreatif,
hak cipta, hak kekayaan kerajaan untuk seluruh alam semesta.
Pemerintah dunia ini
mendapatkan otoritas mereka dengan cara dipilih atau melakukan kekerasan:
merebut kekuasaan dengan paksa. Itu bukan otoritas yang melekat. Satu-satunya
pemerintahan di bumi yang mewakili otoritas yang melekat adalah monarki.
Seorang raja memiliki kekuatan dan dapat memberikannya kepada siapa pun yang
dia pilih. Semua pemerintahan lain dibentuk dengan memberikan suara atau dengan
melancarkan revolusi.
Dalam analisis
akhir, semua pemerintahan manusia adalah pengganti dari cita-cita, tidak peduli
sebaik apa pun pemerintahan ini. Mari kita melihat sekilas beberapa upaya
manusia di pemerintahan dan struktur pemerintahan. Yang paling penting yang
akan kita diskusikan adalah bentuk pemerintahan yang kita sebut feodalisme.
FEODALISME
Feodalisme
menggambarkan sistem pemerintahan atau penguasa yang didirikan berdasarkan
kekuatan kepemilikan. Faktanya, otoritas dalam sistem ini disebut "tuan
feodal," yang berarti pemilik tanah. Selama Abad Pertengahan awal, kekuasaan
ekonomi dan sosial masyarakat terkait dengan pertanian; karena itu, tanah
adalah sumber utama kekuasaan. Dia yang memiliki tanah memiliki kekuasaan.
Ketika tanah adalah kekuasaan, maka siapa pun yang memiliki tanah paling banyak
mengendalikan semua orang dan segalanya. Di sinilah ide "real estat"
berasal.
Pemilik tanah adalah
orang-orang yang dianggap memiliki real estat. Pemilik tanah adalah
"tuan" tanah itu. Dengan demikian kita menemukan kata tuan tanah yang
digunakan untuk menggambarkan mereka yang memiliki tanah. Karena itu,
pengejaran utama dari semua yang menginginkan kekuasaan adalah tanah. Pemilik
tanah dikenal sebagai tuan dan akhirnya menjadi "penguasa" tanah mereka.
Semakin banyak tanah
yang mereka miliki, semakin besar junjungan, atau pemerintahan mereka. Individu
yang memiliki bidang tanah yang signifikan dikenal sebagai "raja".
Dengan kata lain, prasyarat untuk menjadi raja adalah kepemilikan tanah. Di sinilah
pula gagasan kerajaan-kerajaan duniawi lahir.
"Kerajaan"
adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan wilayah tempat raja lokal, atau
pemilik tanah, memerintah atau menggunakan hak dan wewenang kepemilikan.
Penting juga untuk dicatat bahwa karena semua tanah secara pemilik dimiliki
oleh pribadi raja, maka kepemilikan pribadi rakyat atau umum tidak dimungkinkan.
Dengan demikian, semua orang yang tinggal di dan mengerjakan tanah melakukannya
dengan senang hati dan belas kasihan dari raja atau tuan tanah.
Segala sesuatu di
tanah, termasuk hewan, sumber daya alam, dan semua bahan lainnya, dianggap
sebagai milik pribadi raja atau penguasa.
Dalam banyak kasus,
di mana tuan atau raja baik dan murah hati, orang-orang yang tinggal, bekerja,
dan melayani di tanahnya menikmati manfaat dari kebaikannya. Karena mereka
membuat tanahnya produktif dan menambah kemakmuran baginya, dia menyediakan,
melindungi, dan merawat mereka. Inilah sebabnya seorang raja yang baik
cenderung menarik banyak orang ke kerajaannya.
Feodalisme sebagai konsep
pemerintahan adalah turunan dari pemerintahan asli yang didirikan di Taman Eden
di bawah manusia pertama. Adam, yang dirinya dijadikan tuan tanah bumi. Rencana
awal Tuhan adalah sistem feodal di mana semua manusia bertindak sebagai raja
dan penguasa bumi. Yang bukan memerintah manusia, tetapi memerintah hewan,
tumbuhan, burung, dan kerajaan air.
Namun, dalam kasus
di mana tuan tanah atau raja tidak baik dan tidak murah hati, hasilnya adalah
penganiayaan dan penindasan terhadap orang-orang berdasarkan status bangsawan.
Siapa pun yang memiliki tanah mengendalikan orang-orang yang tinggal di tanah
itu.
Feodalisme adalah
sebuah ilustrasi tentang bahaya menempatkan kekuasaan yang menjadi milik Raja
surga ke tangan raja-raja manusia yang tidak takut kepada Tuhan dan tidak adil.
Ketika budaya bermigrasi dari pertanian ke industri, para bangsawan akhirnya
kehilangan kekuatan mereka. Demikian juga ketika industry pengolahan digantikan
oleh perdagangan dan teknologi informasi, maka kekuasaan raja berubah mengikuti
revolusi industry.
Bersambung … KEDIKTATORAN
Komentar
Posting Komentar